Peran
Sastra dalam Dunia Pendidikan
Pengertian
Sastra
Zaman modern saat ini,
siapa yang tak m
engenal sastra. Khususnya kalangan siswa yang sudah seharusnya
mengenal, memahami, dan mampu mengambil manfaat dari sebuah sastra.
Ira Ismatul Hamidah |
Sastra menurut Sapardi,
(1979: 1), “Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan
gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.”
Dari pengertian tersebut, sastra dapat dikatakan sebuah gambaran kehidupan nyata. Berdasarkan teori objektif, sastra didefinisikan
sebagai karya seni yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang,
realitas, maupun pembaca. Berdasarkan teori mimetik, karya sastra dianggap
sebagai tiruan alam atau kehidupan. Berdasarkan teori ekspresif karya sastra
dipandang sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan atau luapan
perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang
bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Sementara itu, berdasarkan teori pragmatik, karya sastra dipandang sebagai
sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu, misalnya nilai-nilai atau ajaran
kepada pembaca (Abrams melalui Wiyatmi, 2006). Berdasarkan dua pengertian
sastra di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra adalah gambaran kehidupan nyata
yang ditulis oleh pengarang yang bertujuan untuk menyampaikan pesan tertentu
kepada pembaca.
Sastra merupakan karangan
fiksi. Menurut Nurgiyantoro (2007: 3), walaupun berupa khayalan, tidak benar
jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan
dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan,
perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Jenis karya
sastra yang kini dikenal oleh masyarakat yaitu puisi, drama, dan karangan
naratif (meliputi novel, novelet, ataupun cerita pendek).
Dunia
Pendidikan
Pendidikan menjadi salah
satu bentuk cerminan keberhasilan sebuah bangsa. Sebuah bangsa dikatakan maju
apabila dari segi pendidikannya mereka telah mampu menciptakan manusia-manusia
yang mampu berpikir maju. Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan,
sastra mampu berperan positif.
Dunia pendidikan di
Indonesia tidak selalu buruk, lihat saja dua siswa SMAN 10 Malang, Jawa Timur, Nando Novia dan Nurul Inayah, yang
pernah tayang di Kick Andy, berhasil membuktikan jika kencing manusia bisa
menjadi energi penggerak mobil. Penemuan ini membuat mereka meraih medali emas
di ajang kompetisi International Young
Inventors Project Olympiad (IYIPO) ke-6 di Georgia, tahun 2012.
Namun, sangat miris jika kita
tahu dunia pendidikan saat ini, dilihat dari keadaan siswa. Bayangkan saja
siswa putra dan putri yang sudah tidak malu lagi untuk berboncengan motor
sambil berpelukan di jalan. Lebih dari itu, terkadang ada siswa putri yang
pergi bermain dengan pasangannya berhari-hari tanpa pulang. Seringkali masalah
ini terjadi, dan pastilah orang tua cemas. Kemudian, tawuran yang sempat heboh
di akhir tahun 2012. Keadaan seperti inilah yang perlu segera dibenahi.
Peran
Sastra
Sastra, ilmu yang dikemas
dengan menarik. Ilmu yang dikemas dengan menarik ini diharapkan mampu menarik
perhatian siswa. Dalam hal ini, terutama guru, harus mampu mengenalkan sastra
kepada siswa. Meskipun budaya baca masih rendah, tidak ada salahnya ketika
sastra hadir untuk meningkatkan budaya baca dikalangan siswa.
Selain apresiasi pembaca,
penulis perlu menciptakan karya sastra yang sarat makna serta mudah dipahami
dan dimengerti. Tidak jarang sastra menjadi alat bagi pengarang untuk
menyelusupkan ideologi, menawarkan misi budaya, memprovokasi untuk melakukan
pemihakan, atau meledek hal atau pihak tertentu secara tersembunyi. Itulah
sebabnya, dari karya sastra, pembaca kerap menemukan berbagai hal yang baik
atau buruk; yang tersirat atau tersurat; ledekan atau pengagungan (Mahayana,
2006: 177). Dari pernyataan Mahayana tersebut, sebuah sastra tentulah memiliki
pengaruh besar disegala aspek kehidupan. Sastra dapat membukakan mata pembaca khususnya
siswa untuk mengetahui realitas sosial, politik dan budaya dalam bingkai moral
dan estetika, sebab dalam sastra tersimpan pesan atau amanat dari penulis.
Pesan yang ingin
disampaikan oleh seorang penulis sastra, patut untuk dipahami dan dimengerti.
Mengingat zaman sekarang, nilai religius, sopan santun, keramahan, gotong
royong, semakin terkikis, juga moralitas dikalangan siswa. Horatius, penyair
terbaik bahasa Latin, mengatakan bahwa manfaat sastra sebagai berikut.
a. Karya sastra
dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan
pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh
pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan.
b. Karya sastra
dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para tokoh
dalam karya.
c. Karya sastra
dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari gagasan, pemikiran,
cita-cita, serta kehidupan masyarakat
yang digambarkan dalam karya.
d. Karya sastra
mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai tradisi
budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan untuk
menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya.
e. Karya sastra
dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang keadaan
sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam
waktu tertentu.
f. Masih banyak
manfaat sastra yang bagi satu pembaca berbeda dengan pembaca lainnya. Sehingga
beberapa pembaca yang menikmati buku yang sama bisa jadi memperoleh pengalaman yang
berbeda.
Munculnya novel-novel sastra
dari para sastrawan angkatan 2000 perlu kita acungi jempol. Novel-novel
tersebut menyimpan sebuah amanat yang patut dicontoh, misalnya Tetralogi Laskar Pelangi karya Andera Hirata,
Trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad
Fuadi, kedua novel tersebut mengisahkan kegigihan seorang anak dalam meraih kesuksesan,
novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro
yang menceritakan sebuah persahabatan, bahkan ketiga novel tersebut telah ditayangkan
di bioskop-bioskop. Keberhasilan lain misalnya novel Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta
Bertasbih karya Habiburahman El
Shirazy, yang memiliki nilai religi. Munculnya novel-novel berkualitas dari
penulis-penulis yang berkualitas diharapkan mampu melahirkan pemuda berkualitas.
(Ira Ismatul Hamidah)
Dir.lembaga Pers dan Jurnalistik
PC IPPNU Purbalingga
(Ira Ismatul Hamidah)
Dir.lembaga Pers dan Jurnalistik
PC IPPNU Purbalingga